Senin, 29 Juni 2009

Tentang Zara Zettira ZR


Zara lahir di Jakarta, 5 Agustus 1969 dari ayah berdarah Jawa, Minang dan Pontianak (almarhum) Zainuddin Ramadi . Ibu beradarah Cina-Belanda, Leoni Martalita.

Masa kecil Zara dipenuhi keramaian dan cinta kasih dalam keluarga besar. Rumah kami berada dalam satu kompleks semacam "rumah gadang" ala Minang atau "banjar" ala Bali. Di dalam kompleks ada paviliun-paviliun yang ditempati kakek-nenek (uci dan eyang kami memanggilnya) , oom dan tante serta keluarganya, lalu keluarga Zara.

Rumah di bilangan Menteng itu sekarang sudah menjadi wilayah usaha dan perkantoran tepatnya di Jl. Timor. Padahal dulu termasuk kawasan perumahan yang nyaman , tenang dan sepi. Kira-kira 15 menit berjalan kaki ke Jalan H.A. Salim, kesanalah Zara bersekolah setiap harinya. Sejak taman kanak kanak hingga SMA dilewatkan menimba ilmu di St. Theresia.

Ketika terdesak pembangunan kami memutuskan untuk pindah ke Pondok Indah, lantaran iklim sekitar sudah kurang baik untuk keluarga. Gedung perkantoran mulai dibangun di kanan kiri jalan. Dan seiring dengan kepindahan lokasi, Zara pun akhirnya menamatkan SMA di Ora Et Labora Pondok Indah dan kemudian meneruskan ke Universitas Indonesia, fakultas Psikologi.


Sejak SMA, Zara mencoba mandiri membuktikan pada orang tua bahwa kita bisa hidup dengan menjadi penulis. Pada masa itu profesi penulis bukanlah sebuah profesi yang dianggap bisa memberikan hidup layak apalagi masa depan. Maka Zara mulai magang di advertising company, menjadi copy writer. Jenatte Sujunadi (Cipta Citra) adalah salah satu yang berjasa memberikan kesempatan pertama bagi Zara untuk mengenal dan mempelajari dunia periklanan. Hingga masa kuliah Zara malang melintang di dunia periklanan serta tulis menulis. Sepanjang itu sekitar 200 cerpen dan 10 novel remaja serta puluhan buku telah Zara terbitkan termasuk menerjemahkan serial Girl Talk dan Sweet Valley Hugh dari bahasa Inggris ke Indonesia. Menulis acara program sandiwara radio di radio Prambors pun salah satu yang Zara jalani. Diary dan catatan Si Boy adalah dua karya andalan Zara yang mengudara di Radi Prambors Rasisonia tahun 90-an.

Beberapa lomba Gadis Sampul (1987) Putri Remaja Indonesia (1988) , Putri Kampus hingga None Jakarte (Jakarta Pusat) pun Zara ikuti untuk mengasah keberanian karena sadar Zara ini sifatnya sangat pemalu. Namun ternyata dunia artis, modeling dan acting bukanlah panggilan jiwa Zara. Menulis adalah satu-satunya yang memberikan kepuasan dan semangat hidup untuk Zara.

Tahun 1990 berbekal tabungan seadanya, Zara menimba ilmu penulisan skenario dan produksi film di Los Angeles. Kursus berjalan tersendat sendat lantaran kesulitan biaya. Namun hasilnya sungguh alhamdulilah. Sekembalinya ke Jakarta, tv tv swasta mulai marak di tanah air dan karir di bidang penulisan skenariopun dimulai dengan karya perdana JANJIKU (Mulitvision plus) yang mendapat rating tertinggi pada masa itu untuk kawasan asia. Puluhan judul lainnya menyusul diantaranya sinetro-sinetron spesial bulan ramadhan yang menjadi cirri khas Zara : Hikmah 1 dan 2, Ikhlas, Zahra.


Zara akan terus berkarya sesuai panggilan jiwa dan hidup : Menulis. Namun yang utama saat ini tentulah menjadi ibu yang baik bagi kedua buah hati dan istri yang bakti pada suami. Pengalaman hidup Zara selalu menjadi bagian dari karya-karya tulisan Zara. Menulis dari hati dan bukan sekedar imjinasi adalah aliran gaya penulisan Zara yang mungkin berbeda dengan penulis lainnya.


Foto : diambil dari facebook